Sabtu, 11 Oktober 2014

Penerapan Konsep Lingkaran dalam Menentukan Hipocenterum dan Episentrum Gempa Bumi


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
       Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting, karena matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempunyai peran besar untuk menjujang ilmu lain. Menurut Soejadi (Suhakar, 2011: 106), Salah satu ilmu dasar yang memiliki peran penting dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki aspek teoritik dan aspek terapan atau praktik. Salah satu ilmu pengetahuan yang bergantung pada ilmu matematika adalah geografi. Dalam ilmu geografi ada sebagian materi yang tidak terlepas dari aspek terapan ilmu matematika salah satunya untuk menentukan hiposentrum dan episentrum gempa bumi.
       Gempa merupakan energi sisimik berupa gelombang tubuh dan gelombang permukaan, dimana getaran gempa yang terasa dan terekam disebabkan oleh magnitudo dan jarak antara pusat gempa dan stasiun,  seismogram adalah alat hasil rekaman getaran yang menjalar di permukaan bumi. Titik sumber gempa tersebut dinamakan hipocentrum sedangkan Episentrum  tempat dimuka bumi yang tepat diatas pusat gempa dan proyeksi gempa terhadap permukaan bumi disebut episenter. Ada berbagai cara untuk menentukan hipocentrum dan episentrum, salah satu cara untuk menentukan hipocentrum  dan episentrum yang  berhubungan dengan matematika adalah konsep lingkaran. Konsep lingkaran merupakan konsep yang paling sederhana untuk menentukan hiposentrum dan episentrum gempa bumi.
B.     Rumusan Masalah
       Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini adalah: “Apakah dengan Menggunakan konsep lingkaran dapat Menetukan hiposentrum dan episentrum gempa bumi?”.

C.     Tujuan Penulisan
       Tujuan penulisan makalah ini adalah dapat menentukan hiposentrum dan episentrum gempa bumi dengan menggunakan konsep lingkaran.

D.     Penjelasan Istilah
       Istilah-itilah yang digunakan dalam makalah murni ini adalah:
1.      Episentrum : tempat dimuka bumi yang tepat diatas pusat gempa.
2.      Hiposentrum : pusat gempa didalam bumi
3.      Epicenter : proyeksi gempa pada muka bumi
4.      Hypocenter : titik awal terjadinya gempa bumi

E.     Manfaat Penelitian:
       Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah informasi tentang aspek terapan mataematika untuk menemukan hiposentrum dan episentrum gempa bumi 


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.     Pengertian Gempa Bumi
       Gempa bumi merupakan kejadian alam yang ditandai dengan bergeraknya lempengan bumi. Akibat dari gempa bumi ini sendiri dapat dirasakan di daerah-daerah yang memiliki radius atau jarak tertentu dari pusat gempa.
       Teori yang menjelaskan mekanisme terjadinya gempa bumi yang dikenal sebagai “Elastic Rebound Theory”. Teori ini menjelaskan bahwa gempa bumi terjadi pada daerah deformasi, dimana terdapat 2 buah gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan pada kulit bumi. Energi yang tersimpan selama proses deformasi berbentuk elastis strain dan terkumulasi sampai melampaui daya dukung batas maksimum batuan, hingga akirnya menimbulkan rekahan/ patahan. Rekahan tersebut merupakan energi yang tersimpan sebagian besar akan dilepaskan dalam bentuk gelombang ke segalah arah, peristiwa ini yang disebut dengan gempa bumi.
Bentuk dari sebuah gelombang dan rentetan diagram yang menunjukkan gerakan partikel-partikel air yang ada di dalam gelombang. Walaupun gelombang bergerak makin maju ke depan, partikel-partikel di dalam gelombang akan meninggalkan jejak yang membentuk lingkaran. Jejak lingkaran yang dibuat oleh partikel-partikel akan menjadi lebih kecil sesuai dengan makin besarnya kedalaman di bawah permukaan gelombang.

Gelombang memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat dipengaruhi oleh 3 bentuk angin :
1.      Kecepatan angin, umumnya makin kencang angin bertiup maka makin besar gelombang yang terbentuk dan gelombang ini mempuyai kecepatan yang tinggi dan panjang gelombang yang besar.
2.      Ketika angin sedang bertiup, tinggi, kecepatan dan panjang gelombang seluruhnya cenderung meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu pada saat angin pembangkit gelombang mulai bertiup.
3.      Jarak tanpa rintangan ketika angin bertiup (fetch). Fetch di lautan lebih besar daripada fetch di danau sehingga panjang gelombang yang terbentuk di lautan lebih panjang hingga mencapai ratusan meter.
Klasifikasi gelombang berdasarkan ukuran dan penyebabnya:
1.      Riak (ripples) / gelombang kapiler (capillary wave) dengan panjang gelombang 1,7 m dan periode kurang dari 0,2 detik disebabkan oleh adanya tegangan permukaan dan tiupan angin yang tidak terlalu kuat pada permukaan laut.
2.      Gelombang angin (wind waves) dengan panjang gelombang sampai kira-kira 130 m dan periode 0,2-9 detik ditimbulkan angin
3.      Alun (swell) dengan panjang gelombang sampai ratusan meter dan periode 9-15 detik ditimbulkan oleh angin yang bertiup lama
4.      Gelombang pasang surut (tidal wave) dengan panjang gelombang ribuan kilometer dengan periode 12,5 jam, 25 jam dan seterusnya oleh fluktuasi gaya gravitasi matahari dan bulan.

B.     Konsep Lingkaran
       Konsep “lingkaran” dapat didefinisikan sebagai kumpulan titik pada bidang datar yang memiliki jarak tertentu. Dari defenisi tersebut maka jelas dengan yang namaya lingkaran. Dari defenisi itu pula orang-orang dapat membuat sketsa dari lingkaran
C.     Penerapan Konsep  Lingkaran dalam Menentukan Hipocentrum Gempa Bumi.
       Hiposentrum adalah titik awal terjadinya gempa bumi dimana focus dan epicenter adalah proyeksi dari hiposentrum ke permukaan bumi.
Hubungan yang lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini
                          
Keterangan:
S : Stasiun
E : Episentrum
F : Hiposentrum
D : Jarak hiposentral
h  : Kedalaman gempa
.
       Untuk menentukan hiposentrum dengan menggunakan konsep lingkaran kita dapat menggunakan selisih waktu  tiba gelombang P (primer) dan gelombang S (sekunder) yang terekam pada 3 stasiun gempa. Konsep  ini merupakan cara yang paling sederhana untuk menentukan hiposentrum dan epientrum dari gempa bumi.
Langkah-langkah
1.      Cari selisi waktu tiba gelobang P dan S (waktu S – P) untuk setiap stasiun
2.      Menentukan jarak dari sebuah gempa untuk setiap stasiun  dengan menggunakan selisih waktu S-P dengan asumsi bahwa 1 menit gempa setara dengan 600 km
3.      Menentukan lokasi gempa dengan menggunakan konsep lingkaran.
       gambarkan 3 lingkaran dengan jari-jari lingkaran yang diambil adalah jarak gempa ke stasiun seismograf  yang bersangkutan.  Titik dimana ketiga lingkaran bertemu adalah perkiraan lokasi terjadinya gempa.










Contoh Penerapan Konsep Lingkaran dalam Menentukan Hiposentrum Gempa Bumi.
Berdasarkan tiga buah stasiun pengamatan (A, B dan C) tercatat getaran gempa sebagai berikut:

Stasiun A:
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 28.25
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 30.40
Stasiun B:
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 30.15
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 33.45
Stasiun C:
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 32.15
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 36.15

1.      Cari selisi waktu tiba gelobang P dan S (waktu S – P) untuk setiap stasiun
Stasiun A (dengan waktu S-P = 2,15 menit),
Stasiun B (dengan waktu S-P = 3,30) dan
Stasiun C (dengan waktu S-P = 4.00),
       jadi stasiun A yang sangat dekat dengan pusat gempa dan stasiun C yang paling jauh dengan pusat gempa. Penggunaan selisih waktu S-P menentukan jarak dari sebuah gempa.
2.      Jika berdasarkan asumsi yang dimiliki 1 menit gempa setara dengan jarak 600 km, maka:
Stasiun A : Waktu 2,15 menit
= 2’ 15’’
= 2 x 600 +
= 1200 + 40 = 1240 km
Maka dengan waktu 2,15 menit setara dengan 1240 km
Stasiun B : Waktu 3,30 menit  
= 3 x 600 +
= 1800 + 20
= 1820 km
Maka dengan waktu 3,30 menit setara dengan 1820 km
Stasiun C: waktu 4,00 menit
= 4 x 600
= 2400 km
Maka dengan waktu 4,00 menit setara dengan 2400 km
3.      Jarak gempa ke-3 stasiun sudah diketahui maka lokasi gempa dapat ditentukan.

                                                     

D.     Penerapan Konsep Lingkaran dalam Menentukan Episetrum Gempa Bumi.
       Episentrum adalah tempat dimuka bumi yang tepat diatas pusat gempa. Sedangkan Episentral jarak antara sumber gempa dan stasiun pengamat gempa. Untuk menentukan posisi sumber gempa dengan konsep ini, diperlukan data waktu kejadian gempa dari tiga stasiun pengamatan, sehingga kita dapat menghitung jarak episentral dari setiap stasiun dengan menggunakan Rumus aska, yaitu sebagai berikut.
∆ = {(S – P) – 1’} × 1.000 km
(∆)  = Jarak episentral dari stasiun pengamat (kilometer)
S - P = Selisih waktu pencatatan antara gelombang sekunder dan primer  (menit)
1’ = Satu menit
       Rumus aska digunakan untuk mencari jarak episentrum gempa yang dicatat oleh masing-masing stasiun gempa, setelah mengetahui jaraknya, gambar tiga lingkaran yang jari-jarinya merupakan jarak episentrum  gempa. Setelah itu amati pertemuan antara ke tiga lingkaran tersebut merupakan titik episentrumnya.

Contoh Penerapan Konsep Lingkaran dalam Menentukan Epienter Gempa Bumi.
       Berdasarkan tiga buah stasiun pengamatan (A, B dan C) tercatat getaran gempa sebagai berikut:
Stasiun A:
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 28.25
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 30.40
Stasiun B:
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 30.15
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 33.45
Stasiun C:
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 32.15
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 36.15
a.       Tentukan jarak episentral masing-masing stasiun:
Stasiun  A
((2. 30’ 40’’ – 2. 28’ 25’’) – 1’) X 1.000 km
= (2’ 15’’ – 1’) X 1.000 km
= 1’ 15’’ X 1.000 km (karena 1’ = 60’’ maka (1 X 1.000) + (
X 1.000))= 1.250 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun A berjarak 1.250 km.
Stasiun  B
= (( 2. 33’ 45’’ – 2. 30’ 15’’) – 1’) X 1.000 km
= (3’ 30’’ – 1’) X 1.000 km
=2’ 30’’ X 1.000 km
=(2 X 1.000) + (
 X 1.000)
= 2.500 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun B berjarak 2.500 km
Stasiun C
= ((2. 36’ 15’’ – 2. 32’ 15’’) – 1’) X 1.000 km
= (4’ – 1’) X 1.000 km
= 3’ X 1.000 km
= 3.000 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun C berjarak 3.000 km
b.    Buatlingkaran-lingkaran
Buatlah lingkatan-lingkaran di peta yang jari-jari dari lingkaran sesuai dengan jarak dari stasiun. Maka stasiun A = 1250 km, stasiun B = 2500 km, dan stasiun C = 3000 km.


                                       S3

                                S2
                                                  Gambar daerah episentrum
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
       Dengan menggunakan konsep lingkaran kita dapat Menetukan hiposentrum dan episentrum  gempa bumi secara sederhana.

B.   Saran
       Untuk menggunakan konsep lingkaran kita harus memperhatikan lingkaran yang kita  buat harus lingkaran sempurna.








DAFTAR PUSTAKA
       H. F. Rheid. 1906. “ Gempa bumi”

Waluyo, et. Al. “ Penentuan Episenter Gempa-Gempa Mikro/ Lokal dengan Menggunakan Tiga Buah Seismogtaf’, Makalah PIT HAGI VII, Bandung

Yuwono. 2008. “Panduan Akadeik Program Studi Teknik Elektro UII